Norm’s Read: The Psychology of Money
Melalui buku Psychology of Money, Morgan Housel memberikan banyak pandangan tentang hubungan yang sehat antara manusia dan uang. Berikut adalah beberapa pelajaran yang dapat aku serap dan rangkum dari buku The Psychology of Money.
1. Me and You
Setiap manusia memiliki latar belakang yang berbeda-beda, seperti perbedaan generasi, kultur, latar belakang keluarga, termasuk masa lalu mereka. Perbedaan ini yang kemudian membentuk sikap mereka terhadap setiap keputusan finansial yang mereka ambil. Oleh karena itu, akan sulit bagi kita memahami setiap perilaku orang lain. Apa yang bagi orang lain masuk akal, belum tentu realistis di mata kita. Begitu juga sebaliknya.
Sebagai contoh, judi. Pembelian tiket lotre di US didominasi oleh kaum low income dengan total pembelian mencapai $412 selama setahun. Padahal, sebanyak 40% warga US tidak memiliki dana darurat hingga $400. Artinya, jumlah uang yang dikeluarkan untuk membeli tiket lotre ini bahkan lebih besar dari pada jumlah dana darurat yang tidak dimiliki oleh 40% warga US.
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Nampaknya di Indonesia sendiri tidak jauh berbeda dengan US. Apalagi sejak maraknya judi online yang dapat dimainkan kapan dan di mana saja. Menurut data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), selama periode 2017-2022 ada sekitar 157 juta transaksi judi online di Indonesia dengan nilai total perputaran uang mencapai Rp190 triliun. Pembelinya lagi-lagi kebanyakan kelompok dengan pendapatan rendah (berkisar kurang dari Rp 100.000 per hari).
Apa sih yang melatar belakangi fenomena ini? Bagiku sendiri mempertaruhkan uang yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari terdengar seperti tindakan nekat tanpa pemikiran matang. Tapi ternyata, tidak bagi para pemain judi ini. Bagi mereka, judi memberikan sebuah harapan. Sebuah aksi yang terasa nyata untuk memenuhi mimpi dan keinginan mereka. Mereka menebus angan-angan dengan membeli tiket lotre atau slot. Kita mungkin tidak dapat memahami pemikiran semacam itu, karena kita tidak menjalani kehidupan mereka. Selain itu bisa jadi kita memiliki ambisi yang bebeda, sehingga akan sulit memahami keputusan yang diambil para korban judi tersebut. Bagi mereka ini benar, tapi mungkin tidak bagi kita, termasuk diriku.
Yang jelas, setiap manusia mengambil keputusan finansial dengan cara yang berbeda, yang terdiri dari kombinasi latar belakang keluarga, kejadian di masa lalu dan kemungkinan yang akan datang, ego, pride, pola pikir, yang semuanya tertuang dalam sebuah narasi yang paling masuk akal menurut pemikiran masing- masing individu.
2. Luck and Risk
Keberuntungan dan Resiko yang dapat muncul dikemudian hari adalah dua hal yang tidak dapat kita kontrol. Meski demikian, dua hal ini dapat memberikan dampak yang besar pada sebuah kejadian. Bill Gates di masa yang sekarang adalah manifestasi dari ‘kebetulan’ yang terjadi di masa lalu. Saat dirinya masih berusia 13 tahun, Bill Gates mendapat kesempatan untuk mengeksplor komputer disaat sebagian besar mahasiswa bahkan tidak dapat menikmati kemewahan teknologi pada saat itu. Lakeside School menjadi satu-satunya sekolah menengah di dunia yang ‘kebetulan’ memiliki komputer berkat guru Matermatika dan Sains, Bill Dougall, yang merupakan pensiunan navy pilot WWII. Gates juga secara ‘kebetulan’ dipertemukan dengan Paul Allen yang juga terobsesi dengan komputer. Mereka berdua menghabiskan banyak waktu bersama untuk mempelajari setiap seluk beluk komputer. Kecerdasan, kerja keras serta berbagai ‘kebetulan’ yang Bill Gates temui mengantarkannya menjadi founder Microsoft yang sangat fenomenal.
Sementara itu luar sana banyak juga orang yang kurang beruntung. Seberapa keraspun mereka berusaha, terkadang pendapatan mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebagai contoh, banyak pekerja kasar yang sudah bangun sejak dini hari untuk mencari nafkah. Namun demikian banyak diantara mereka juga yang sulit keluar dari hidup serba kekurangan. Mereka bekerja keras setiap hari bangun lebih awal dari kebanyakan orang. Namun kondisi finansial mereka tidak sebagus orang-orang yang baru beraktivitas disaat mereka sudah menyelesaikan banyak pekerjaan. Sekeras apapun usaha mereka, sulit sekali untuk dapat keluar dari lingkungan di mana mereka di lahirkan. Jangan salahkan mereka jika tidak mampu menyisihkan sebagian uang, karena bagi mereka terkadang untuk makan sehari pun tak cukup. Karena tidak semua outcomes murni berasal dari 100% kerja keras dan keputusan. Ada sebuah X factor yang tidak mampu kita pahami sepenuhnya.
Be careful of who you praise and admire.
Be careful who you look down upon and who wish to avoid becoming.
Not all success is due to hardwork, and not all poverty is due to lazyness. We should never judge anyone.
3. Enough
Memiliki perasaan cukup adalah sebuah cara yang dapat menghindarkan kita dari keserakahan. Cukup bukan berarti kita memiliki sesuatu dengan penuh keterbatasan. Cukup artinya kita memiliki perasaan tenang dengan apa yang kita punya sekarang. We feel safe and content. Cukup artinya kita tahu kapan saatnya untuk berhenti mengejar sesuatu sebelum jatuh kedalam lubang penyesalan jika nanti realita tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Investasi sangat memerlukan rasa rendah hati agar kita tidak mudah tergiur dengan imbalan yang to good to be true. Kita perlu sadar bahwa sebenarnya tidak semua hal layak untuk dipertaruhkan.
Lalu bagaimana caranya memiliki perasaan cukup?
- Sadar kapan saatnya berhenti
- Berhenti membandingkan
- Jangan memaksakan diri
4. Compounding
Compounding adalah salah satu metode yang belakangan cukup populer dalam dunia investasi. Trend ini juga cukup populer terutama jika kita berbicara tentang cara berinvestasi ala Warren Buffett. Buffett sendiri medapatkan kekayaan di usia yang sudah tidak lagi muda, berkat kedisiplinannya dalam berinvestasi sejak usia remaja dengan jumlah yang cukup konsisten. Ya, konsisten dan disiplin adalah dua kunci utama dalam compounding. Dalam berinvestasi, jumlah kecil namun konsisten memberika hasil yang lebih banyak dari pada modal yang besar namun hanya dilakukan sekali dua kali. Compounding bukan semata-mata mencari retrun tertinggi, tetapi mendapatkan return yang cukup baik dengan modal yang mampu kita alokasikan secara konsisten dan terus menerus dalam jangka waktu yang panjang.
Selain disiplin dan konsisten kita juga perlu bersabar. Investasi dalam jangka waktu panjang tidak akan memberikan return secara instant. Seperti halnya menanam pohon durian, berawal dari bibit yang tentu kita tidak dapat menikmati buahnya sebulan kemudian. Tunggu hingga 10 tahun dan lihat apa yang terjadi.
Bagian ini megingatkan aku pada buku Atomic Habit karya James Clear, tentang bagaimana 1% effort dalam jangka waktu yang lama dapat memberikan hasil lebih tinggi.
5. Survival Mindset
Kesuksesan finansial dipengaruhi oleh kemampuan bertahan kita. Tentang bagaimana kita mampu bertahan dengan sebuah ‘gaya hidup’ serta pemikiran yang mampu kita pertahankan secara konsisten dalam jangka waktu yang lama. Kuncinya adalah bagaimana akhirnya kita mampu menghadapai berbagai permasalahan hidup yang tidak dapat dihindari dengan sebuah perencanaan yang matang.
Berikut adalah tiga survival mindset yang bisa kita aplikasikan:
- Be financially unbreakable, dengan mengelola keuangan kita secara matang. Sebelum menentukan bagaimana cara invetasi kita, alangkah baiknya kita membayangkan, apakah dengan skema tersebut kita dapat melakukannya dalam jangka waktu yang panjang? Apakah rencana tersebut realistis? Apakah terlalu memaksakan? Plan it accordingly.
- Plan to the plan which not going according to plan. Sediakan ruang untuk segala keadaan yang ada diluar rencana kita. Jadi ketika ada suatu hal yang tidak sesuai, kita dapat memberikan ruang berfiki sejenak sebelum memutuskan langkah apa yang akan diambil berikutnya. Dengan demikian, kita dapat memberikan respon paling masuk akal, dari pada mengambil keputusan secara terburu-buru
- A barbelled personality. Menjadi orang yang optimis dengan masa depan, tetapi juga aware tentang kemungkinan yang akan muncul di masa yang akan datang. Sehingga saat ada dalam kondisi yang kurang menyenangkan terjadi, kita sadar bahwa itu adalah bagian dari sebuah proses, yang jika kita menjalani dengan tenang dan sabar akan terlewati juga.
6. Room for Error
Dunia ini penuh kejutan dan ketidakpastian. Idealnya, kita perlu memberikan ruang untuk setiap glitch yang mungkin muncul secara tiba-tiba. Room for Error atau juga dikenal dengan Margin of safety mampu memberikan kita jarak dan waktu untuk mencerna sebuah kejadian yang terjadi di luar prediksi kita. Sehingga saat terjadi hal yang tidak pernah kita duga, kita memiliki waktu untuk mempersiapkan mental dan strategi dalam menyikapi peristiwa tersebut. Berbicara tentang finansial, Margin of safety juga sangat penting. Kita perlu menciptakan sebuah gap antara prediksi kita dan kemungkinan yang muncul. Seperti saat budgeting, selalu berikan ruang untuk selisih harga yang mungkin muncul. Hal penting lainnya adalah Dana Darurat yang seperti namanya, hanya digunakan untuk keadaan darurat. Kita perlu mempersiapkan dana ini untuk keperluan yang tidak terduga. Because we really don’t know what future holds.
“The purpose of Margin of Safety is to render the forecast unecessary”— Benjamin Graham
7. Saving
Mengapa kita perlu menabung? Kabanyakan dari kita menabung saat memiliki tujuan finansial tertentu, seperti membeli barang, travelling, pendidikan anak dan sebagainya. Namun ada juga beberapa orang yang kesulitan untuk menabung, entah memang kesulitan mengatur pengeluaran karena gaya hidup, atau memang sumber pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Berikut adalah beberapa tips menabung untuk orang-orang yang kesulitan mengatur keuangan
- Be mindful about your spending. Pastikan bahwa kita memiliki otoritas atas diri kita sendiri, sehingga kita mampu mengontrol apa yang benar-benar menjadi kebutuhan kita.
- Learning to be happy with less. Bersyukur dan tidak meletakkan kebahagiaan kita pada hal yang bersifat materi. Sehingga kita tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk mendapat kebahagiaan yang kita butuhkan.
- Sit below your ego. Terkadang yang membuat hidup semakin sulit dan terasa berat adalah ego kita sendiri. Which sadly most people don’t really care about your ego, cause they also struggling with their own ego. Oleh karena itu, kita perlu menyadari bahwa kerendahan hati adalah hal yang sebetulnya kita perlukan.
- Spent less, desire less. Opini orang lain memang diluar kendali kita, tapi pemikiran kita tentang opini ((yang menurut kita)) mungkin muncul itu 100% ada dalam kendali kita. Mengabaikan pemikiran kita tentang opini orang lain (yang senarnya adalah buah pemikiran kita sendiri) dapat membantu menekan keingininan kita. Dengan menekan keinginan, kita dapat menekan pengeluaran belanja kita. Sehingga kita bisa menabung lebih banyak.
- We not need specific reason to save. Terkadang, kita tidak perlu alasan khusus untuk menabung.
8. Staying wealthy
Jika kaya adalah tentang seberapa banyak rumah, mobil dan barang mewah yang kita punya, nampaknya banyak sekali orang kaya di dunia ini. Terutama jika kita menengok dalam kehidupan di dunia sosial media. Sayangnya ‘nampak’ kaya tidak selalu sama dengan kekayaan yang sebenarnya dimiliki. Menjadi/ nampak kaya adalah hal mungkin jauh lebih mudah dari pada menjaga kekayaan itu sendiri.
Banyak orang yang ingin merasa/nampak kaya dengan menghabiskan uang mereka membeli barang-barang yang kadang tidak begitu perlu. Mirisnya, tidak sedikit orang yang bahkan menghabiskan uang yang tidak mereka punya dengan menggunakan pinjaman online yang akhir-akhir ini cukup meresahkan. Sejujurnya beberapa diantaranya sebenarnya membeli barang tersebut hanya untuk memenuhi ego mereka agar nampak di mata orang lain, atau untuk memenuhi ekspektasi sosial di sekitar mereka. Padahal menggunakan uang untuk membeli barang yang tidak perlu, sama saja sedang mengurangi jumlah kekayaan yang kita miliki. Karena kekayaan sendiri adalah aset finansial yang belum di-convert menjadi barang-barang yang orang lain lihat.
Hal yang perlu kita lakukan adalah mencoba lebih bijak dengan pengeluaran kita. Apakah kita benar-benar membutuhkan barang tersebut, atau hanya ingin? atau the worst is yang diinginkan sebenarnya adalah penilaian dari orang lain terhadap barang yang kita beli. Kita perlu memiliki kemampuan untuk mengontrol diri dalam membelanjakan uang kita. Kombinasi frugal dan rasa paranoid terhadap masa depan yang tidak menentu, mungkin bisa membantu kita lebih bijak dalam mengatur keuangan kita.
9. Man in Car Paradox
Istilah ini dibuat oleh Morgan setelah beberapa kali melakukan observasi selama menjadi valet di hotel mewah. Saat ada orang mengendarai mobil mewah, yang dia rasakan adalah bangga dan harapan orang lain yang melihatnya akan menghargai dirinya. Padahal yang sesungguhnya terjadi, orang lain yang melihatnya kagum dengan mobil mewah tersebut sambil membayangkan dirinya duduk di kursi kemudi. Ya, orang-orang lain tidak begitu peduli dengan siapa pemilik mobil tersebut. Paradox ini menjelaskan bahwa sesungguhnya, tidak ada yang peduli dengan apa yang kamu miliki kecuali dirimu sendiri.
Pada dasarnya kebanyakan orang ingin dihargai dan dikagumi. Akan tetapi, banyak yang salah mengartikan rasa kagum itu muncul dari barang-barang yang kita punya. Padahal, sekali lagi, sebagian orang tidak peduli dengan apa yang kamu punya. Rasa kagum itu akan secara alami muncul melalui kerendahahan hati, kebaikan, dan juga empati. Admiration should be earned by things other than materialism.
“Wearing unbranded and cheap clothes doesn't mean you're poor.
Remember: you have a family to feed. Not a community to impress." - Emma Watson
![]() |
| Man in The Car Paradox (Illustration By Kierano | Medium) |
10. People Change
Rencana, hubungan, komitmen jangka panjang adalah hal yang sulit. Banyak sekali hal akan berubah seiring dengan berjalannya waktu. Yang perlu kita sadari adalah, kita butuh berdaptasi dan menjaid fleksibel. Kita tidak pelu terlalu kaku dalam menjalani kehidupan. Ada saatnya dimana kita perlu menyesuaikan diri dengan keadaan dan orang-orang lain di sekitar kita. Oleh karenanya, ketika melakukan sebuah perencanaan ada baiknya kita mencoba untuk menghindari hal yang terlalu ekstrem. Lakukan lah semua dengan cukup dan seimbang. Moderate annual saving, moderate free time, moderate quality time, dan berbagai hal lain yang sebaiknya perlu dilakukan in moderation. Sehingga kita tidak merasa lelah dan menikmati segala proses menuju goals kita.
11. Different Game
Jangan pernah membandingkan diri kita dengan orang lain. Apalagi menjalani kehidupan yang fokus pada tujuan orang lain, yang tentu berbeda dengan kita. Dalam berinvestasi, kita tidak perlu mengikuti trend. Jangan karena orang di sekitar menggunakan instrument investasi A, lalu kita tergiur padahal kita tidak mengerti. Pahami tujuan keuangan kita sendiri dengan jangka waktu yang telah kita tentukan. Never persuaded by other people who play different game than you are.
Itu adalah beberapa rangkuman yang dapat aku tulis. Beberapa di antaranya aku coba korelasikan dengan kondisi yang ada di sekitarku. Bagiku sendiri buku ini cukup mudah dipahami padahal isinya daging semua. Overall, aku sangat merekomendasikan buku ini karena sejujurnya masih banyak sekali point yang belum aku bisa sampaikan di sini. Banyak sekali hal yang cukup mindblowing dan memberikan pandangan baru tentang bagaimana hubungan ‘ideal’ antara manusia dan uang.
Sekian tulisan kali ini. Semoga bermanfaat 😊





Komentar
Posting Komentar