Thailand’s Trip 2023: Intro + Day 1
Halo
Kali ini aku mau bebagi cerita tentang perjalanku beberapa waktu lalu ke Thailand. Kok Thailand lagi?? Well, setelah aku pulang ke Indonesia di akhir tahun 2021 lalu, September 2023 kemarin adalah pertama kalinya aku kembali ke Thailand. Kali ini tujuannya agak unik sih. Aku mau mengurus segala perintilan kuliah yang belum tuntas (Certificate, deposit dll). Tapi rugi dong udah jauh-jauh ke sana cuma buat ngurus itu, akhirnya aku memutuskan untuk full seminggu cuti untuk menuntaskan urusan kuliah sekaligus untuk liburan.
Nah, di postingan kali ini aku mau share rangkuman perjalanan dan juga sedikit tips yang mungkin bisa bermanfaat untuk yang mau liburan ke Thailand. So, here we go.
Day 1
Aku tiba di bandara Don Mueang sekitar jam 2 siang. Oh iya, ke Thailand itu bebas Visa selama 30 hari ya. Jadi gak perlu siapin apa-apa selain passport dan tiket pesawat.
Setibanya di Bandara aku langsung beli nomer hp untuk keperluan internetku selama seminggu kedepan. Sebenernya bisa juga aku membeli paket roaming Telkomsel. Tetapi setelah aku bandingkan, akan lebih murah kalau aku membeli nomer baru di Thailand. Setelah melakukan sedikit riset (harga, sinyal, masa aktif, kuota total dll) akhirnya aku memilih True dengan harga 299฿ (~Rp 130.000) yang aktif selama 8 hari dengan kuota sebesar 15GB.
Kenapa sih stasiun BTS Ratchatewi ini jadi penting? karena ketika di Bangkok, aku akan memilih untuk bepergian menggunakan BTS yang lebih cepat, tepat waktu dan bebas macet. Emang sih repotnya adalah jalan dan naik-turun tangga yang bikin kaki pegel. But it was definitely worth the effort.
Karena perkiraan awal aku akan tiba di Bangkok lumayan sore, jadi aku memutuskan untuk mengunjungi satu tempat yang bagus di sore hari, yaitu Asiatique. Asiatique adalah salah satu tempat yang akan aku rekomendasikan bagi siapa saja yang akan liburan ke Bangkok. Sebuah “Night market” yang cukup berbeda dengan konsep kebanyakan night market yang ada di Bangkok. Mengutip dari Tripadvisor, Asiatique merupakan ‘Open-air mall’ yang fokus dengan outdoor shopping, kuliner, pertunjukan, bahkan beberapa wahana permainan seperti bianglala, komedi putar, rumah hantu dan sebagainya. Lokasinya yang ada tepat di samping sungai Chao Praya menjadi daya tarik tersendiri. Chao Praya merupakan sungai terbesar di Thailand dengan total panjang keseluruhan mencapa 372km. Sungai ini membentang di berbagai titik strategis di Bangkok, sehingga Chao Praya menjadi sungai paling penting di Kota Bangkok. Oleh karena itu, transportasi air merupakan salah satu pilihan moda transportasi untuk bebergian di Bangkok.
Rencananya aku akan menggunakan BTS dari Ratchatewi - Transit di Stasiun Siam - menuju Stasiun Saphan Taksin, dan dilanjutkan dengan perahu dari Sathorn Pier menuju Asiatique.
Tapi kadang perjalanan gak harus berjalan sesuai rencana kan? Baru saja aku tiba di stasiun Ratchatewi, hujan turun dengan deras, langit pun menjadi sangat gelap. Dengan kondisi hujan lebat, sangat tidak memungkinkan untuk langsung melanjutkan perjalanan ke Asiatique karena sebagian besar adalah outdoor. Karena aku tidak mau menyiakan waktu, akhirnya aku memutuskan untuk berhenti di Siam, dan mencari makan malam di Food Court Siam Paragon. Stasiun Siam yang rencana awalnya akan menjadi tempat transit, secara mendadak menjadi tujuan pertamaku. Untuk menuju foodcourt cukup mudah. Kalau kita masuk lewat stasiun Siam, kita bisa langsung turun lewat eskalator yang ada di tengah. Tempatnya cukup ramai, jadi tidak akan sulit menemukan food court ini. Banyak sekali pilihan menu dan tempat makan. Bahkan tak jarang beberapa tempat memasang label Michelin Star. Tapi, tentu banyak makanan non-halalnya. Jadi aku harus berhati-hati dalam memilih makanan. Setelah berkeliling, aku menemukan makanan halal (Untuk beberapa makanan Halal, mereka akan menampikan logo halal serta serfifikat halalnya. Seringnya penjualnya juga orang muslim. Jadi tidak perlu khawatir ya). Aku memesan semacam nasi kuning dan sop sapi. Nasi kuning ini adalah menu andalanku setiap pergi ke tempat makan halal yang ada di food court di mall. Karena memang sebagian besar foodcourt di mall yang pernah aku kunjungi menjual menu yang sama. Makan di foodcourt seperti ini bisa menjadi alternatif, karena selain harganya yang terjangkau, rasanya juga enak. Untuk pembayaran di Food Court ini sistemnya cashless, jadi kita perlu menukarkan uang dengan kartu di counter yang sudah disediakan. Letaknya ada di dekat area masuk food-court. Aku pribadi menyaraankan untuk menentukan makanan apa yang akan di beli, jadi kita tahu berapa banya uang yang perlu kita tukarkan. Aku menukar 300B setelah menentukan menu makanan, jadi tidak akan kuatir kekurangan saat pembayaran, atau berlebihan. Setelah makan aku mencoba jajanan seperti coconut ice cream. Harganya sangat terjangkau, hanya 20B untuk 3 scoopnya. Rasa kelapanya benar-benar terasa dan masih sedikit ada tekstur parutan kelapanya.
Setelah makan, sambil menunggu hujan reda, aku mencari toko buku yang akan selalu aku kunjungi setiap ke Siam Paragon: KINOKUNIYA. Toko buku asal Jepang yang sebetulnya ada di Jakarta (Tepatnya di Grand Indonesia). Tapi, jika dibandingkan dengan di GI, Kinokuniya Siam paragon jauh lebih besar dan stok bukunya tentu jauh lebih banyak. Setelah berkeliling dan bertanya ke beberapa petugas, akhirnya aku menemukan store Kinokuniya. Aku sendiri sudah lama tidak ke Kinokuniya. Terkahir aku kesana sekitar tahun 2019 setelah merayakan Idul Fitri di KBRI Bangkok. Kebetulan saat aku ke sana kemarin, ternyata Kinokuniya masih dalam renovasi, jadi pintu masuknya tersembunyi di belakang, melalui store lain. Aku senang sekali dan sempat bingung memilih buku mana yang harus aku pilih.
Setelah menandai buku mana yang akan aku beli (yup, aku memutuskan untuk membeli buku di lain hari agar tidak membawa banyak barang saat jalan-jalan nanti), aku kembali mengecek forecast dan mengintip keluar. Hujan sudah reda, akhirnya aku dan adikku tetap akan melanjutkan perjalanan ke Asiatique, karena keesokan harinya masih ada tempat lain yang akan kami kunjungi. Jadi bagiku saat itu, now or never.
Dari stasiun Siam, aku menuju stasiun Saphan Taksin. Perjalannya cukup jauh (sekitar 20 menit). Sesampainya di stasiun Saphan Taksin, aku langsung menuju exit gate (Exit 2) yang langsung menuju Sathorn Pier.
Sathorn Pier adalah dermaga yang menghubungkan kawasan Saphan Taksin dengan beberapa titik destinasi populer di Bangkok, seperti Wat Pho, Icon Siam (mall terbesar di Bangkok), Wat Arun (well, akan aku ceritakan kunjunganku ini di postingan berikutnya ya), dan tentu saja tempat yang menjadi tujuanku hari itu: Asiatique. Karena akan banyak perahu yang berhenti di sini, kita harus memastikan tujuan dengan benar ya. Untuk menuju Asiatique sendiri ada shuttle boat khusus dengan logo/ bendera Asiatique. Di sana akan ada petugas yang menujukkan di mana kita menunggu dan kapan kita akan diberangkatkan. Shuttle boat menuju Asiatique ini tidak dipungut biaya apapun alias gratis, karena ini adalah fasilitas yang disediakan oleh pihak Asiatique. Perjalanan dari Sathorn Pier menuju Asiatique lumayan dekat (Sekitar 2-3Km), dan ditempuh dalam waktu sekitar 10 menit.
Jam operasional Asiatique adalah jam 17:00 - 00:00. Shuttle boat yang mengantarkan kita pulang pergi dari Sathorn Pier - Asiatique juga beroperasi dari jam 17.00 hingga 23.00. Sebetulnya tempat ini bagus dikunjungi tepat sebelum matahari tenggelam, walau memang kita tidak akan melihat sunset dari Asiatique karena terhalang gedung-gedung tinggi, akan tetapi suasana sore hari dan golden hour di sini sangat bagus.
Sayangnya, aku berjunjung di musim yang kurang tepat. Cuaca malam itu cukup dingin apalagi setelah hujan deras beberapa jam sebelumnya. Aku tiba di Asiatique sekitar jam 20.30. Sebetulnya aku sedikit khawatir karena sudah cukup malam. Aku tidak bisa berlama-lama di sana, tapi tentu masih ada cukup waktu untuk berkeliling.
Asiatique di malam hari sangat cantik. Letaknya yang berdekatan dengan sungai Chao Praya dan di kelilingi oleh gemerlapnya lampu kota Bangkok, membuat Asiatique menjadi tempat yang patut dikujungi disore/malam hari. Aku cukup puas dengan beberapa foto yang aku dapat hari itu.
Setelah menghabiskan waktu hampir 2 jam di Asiatique, aku dan adikku memutuskan untuk kembali ke penginapan. Kebetulan shuttle boat yang akan mengantarkan kami baru saja tiba. Tanpa berlama-lama aku langsung naik dan menuju kembali ke Sathorn Pier. Dari sana aku berjalan menuju Stasiun Saphan Taksin dan membeli tiket tujuan Stasiun Ratchatewi (Transit Siam).
Aku mengahiri perjalanku yang panjang hari itu sekitar pukul 23.00. Karena hari itu sudah cukup melelahkan (Well, sebetulnya aku berangkat dari rumah jam 03.00 pagi menuju bandara) sebelum tidur aku memakai counterpain untuk otot-ototku yang sudah bekerja keras hingga mencapai 20.761 steps (~10.13km). Percayalah, Tolak Angin, Counterpain dan segala jenis koyo adalah sahabat travelling terbaik.
Terima kasih sudah membaca. Sampai jumpa lagi di postingan selanjutnya. Have a nice week.
[Bonus]
Estimasi pengeluaran D-1 per orang
- Sim card: 300 ฿
- Bus : 50 ฿
- BTS Ratchatewi to Siam : 17 ฿
- BTS Siam to Saphan Taksin: 40 ฿
- BTS Saphan Taksin - Ratchatewi : 42 ฿
- Makan : 100 ฿
- Jajan: 100 ฿
Total: 649 ฿ (~ Rp 280.000)

















Komentar
Posting Komentar